Yogyakarta, ekispedia.id – Tanggal 28 Oktober adalah hari yang dicanangkan untuk memperingati momen Sumpah Pemuda yang terjadi pada tahun 1928 lampau. Pada saat itu segenap pemuda bersatu menegaskan semangat dan tekad membangun bangsa. Di masa sekarang yang penuh dengan tantangan global, sumpah pemuda seharusnya tidak hanya berhenti pada seremonial peringatan. Peringatan Sumpah Pemuda harus diejawantahkan dalam bentuk konkret: membangun ekonomi berkelanjutan oleh generasi muda.
Indonesia saat ini memiliki dinamika yang sangat kompleks dalam lanskap ekonomi global. Seluruh dunia berlomba-lomba untuk mengembangkan inovasi dan teknologi yang berkelanjutan. Dalam situasi ini, peran utama berada di generasi muda. Generasi yang penuh dengan semangat perubahan dan mau menerima ide-ide baru.
Pemuda generasi sekarang bukan hanya sekedar pewaris, yang menjalankan apa-apa yang sudah dilakukan oleh generasi tua. Mereka adalah perintis, membangun ide-ide baru yang konstruktif. Jutaan pemuda di Indonesia memiliki potensi untuk menciptakan inovasi yang bukan hanya menguntungkan, tapi juga berdampak positif bagi masyarakat.
Jutaan potensi tersebut perlu diarahkan agar mampu memberikan dampak yang nyata bagi Indonesia. Salah satu fokus strategis yang bisa dijadikan arah adalah membangun ekonomi berkelanjutan yang yang berpijak pada tiga pilar yaitu: energi, pertanian dan air bersih.
Energi adalah peluang pertama yang bisa dimanfaatkan di tengah transisi energi global. Indonesia dengan segala potensinya bisa menjadi pemain utama dalam energi terbarukan. Pemuda berpotensi menjadi ujung tombang inovasi dengan mengembangkan teknologi energi mikrohidro atau surya berbasis desa.
Ini menarik karena Indonesia adalah archipelago state yang terdiri dari ribuan pulau. Sangat berat bagi pemerintah apabila industri energi nasional terpusat lalu didistribusikan ke seluruh Indonesia. Butuh modal yang sangat besar dan waktu yang sangat lama. Jutaan kilometer jaringan harus dibentangkan apabila sistem kemandirian kita masih bertumpu pada teknologi konvensional. Dengan kondisi saat ini negara masih belum mampu untuk menghadirkan keadilan akses energi di seluruh Indonesia.
Terbukti ada sebagian saudara kita di wilayah 4T (terluar, terdepan, tertinggal, dan wilayah transmigrasi) masih belum merasakan listrik. Kemandirian energi Indonesia harus dibangun dengan sistem desentralisasi. Setiap wilayah harus membangun kemandirian energinya sendiri sesuai dengan potensinya. Di ini peran pemuda untuk mengembangkan teknologi tepat guna agar energi bukan hanya menjadi monopoli masyarakat perkotaan. Bahwa Energi adalah hak asasi manusia perlu menjadi pemahaman bersama agar pembangunan tidak berjalan secara timpang.
Peluang kedua adalah pertanian. Walaupun sering dianggap kuno dan tidak menarik, pertanian justru menjadi ladang inovasi yang potensial. Saat ini sedang berkembang pesat konsep smart farming dengan memanfaatkan teknologi sensor, drone, dan analitik data untuk meningkatkan hasil panen dan efisiensi. Anak muda juga bisa mengembangkan pertanian berbasis urban seperti hidroponik, IoT untuk berbagai kebutuhan pertanian hingga sebagai agregator antara petani dengan konsumen.
Inovasi di bidang pertanian pada akhirnya bukan hanya melulu tentang ketahanan pangan tetapi juga terbukanya peluang lapangan kerja baru dan menggerakkan ekonomi lokal. Peluang ekspor produk-produk pertanian Indonesia sangat besar seperti kopi, coklat, pisang dan buah-buahan tropis lainnya. Produk pertanian lainnya seperti udang, ikan dan juga unggas memiliki pasar yang cukup besar hingga mampu menyerap jutaan tenaga kerja.
Peluang ketiga adalah air bersih. Poin ini adalah tantangan yang menentukan masa depan umat manusia. Perubahan iklim, pencemaran akibat peradaban manusia, serta eksploitasi secara terus menerus menjadikan ketersediaan air bersih semakin sedikit. Di tengah kondisi semakin menyusutnya air bersih, populasi manusia semakin bertambah setiap harinya. Akan ada kondisi dimana permintaan air bersih lebih bersih daripada ketersediaannya. Semuanya akan berlomba-lomba menguasai sumber daya air agar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri atau bahkan menjadi sumber kekayaan di masa depan.
Seiring waktu, konflik menjadi tidak terhindarkan bahkan sampai tingkat antar negara. Seperti contohnya ketegangan yang terjadi antara USA dan Kanada akibat pengelolaan air bersama sungai Columbia. Masing-masing memiliki kepentingan untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih di dalam negerinya sendiri. Tidak akan ada sebuah negara yang dengan sukarela memberikan sumber daya alamnya kepada negara lain.
Pemuda Indonesia perlu mengembangkan teknologi yang sederhana, efisien dan terjangkau agar kebutuhan air bersih nasional terpenuhi. Teknologi tepat guna seperti filtrasi rumah tangga, water harvesting, hingga water recycling untuk kebutuhan domestik, pertanian hingga industri. Potensi ekonomi maupun keuntungan sosial di sektor ini sangat terbuka lebar jika dikembangkan dengan baik. Dalam era modern ini, ekonomi kreatif tidak hanya berkutat pada musik, film, atau fesyen. Secara substantif ekonomi kreatif dibangun untuk menyelesaikan persoalan rakyat, persoalan bangsa.
Pemuda dengan segala potensi dan ide kreatifnya mampu menggabungkan teknologi, bisnis, dan empati sosial bisa menciptakan ekosistem yang produktif, inklusif, serta berkelanjutan. Ini adalah tugas pemuda untuk dapat melanjutkan semangat para pemuda yang membakar semangat kemerdekaan nusantara.







Tinggalkan komentar