Yogyakarta, ekispedia.id – Dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah menyaksikan ketegangan yang meningkat akibat konflik antara Israel dan Iran. Ketegangan ini tidak hanya berdampak pada kedua negara tersebut, tetapi juga mempengaruhi stabilitas global. Sejak revolusi tahun 1979, hubungan antara Israel dan Iran telah mengalami ketegangan yang signifikan, terutama setelah Iran berhasil memperkaya uranium hingga level 90% pada awal tahun 2025. Tindakan ini memicu kekhawatiran di Israel, yang merasa terancam akan kemungkinan pengembangan senjata nuklir oleh Iran.
Ketegangan semakin meningkat ketika Israel melancarkan serangan udara terhadap fasilitas militer dan nuklir Iran pada 12 Juni 2025, yang dikenal sebagai Operasi Rising Lion. Balasan Iran yang mengirimkan ratusan rudal dan drone ke Israel pada malam berikutnya menandai dimulainya perang regional yang melibatkan sekutu-sekutu kedua belah pihak. Di antara dua negara tersebut mendapat dukungan dari beberapa negara seperti Israel mendapat dukungan dari Amerika Serikat, Kanada, Prancis, India, Italia, Jerman dan Sebagian besar negara Eropa. Di sisi lain, Iran di dukung oleh Cina, Pakistan, Rusia, Arab Saudi, Turki, dan beberapa negara timur Tengah lainnya.
Perang ini telah memasuki fase paling mematikan, dengan kekhawatiran serius bahwa konflik ini dapat segera berubah menjadi perang nuklir. Lebih lebih dari 220 warga iran di laporkan tewas dalam serangan udara israel yang sedang berlangsung. Sementara respons iran telah menyebabkan kematian 24 warga israel. Perang ini tidak lagi sekedar konflik antara dua negara, kini perang ini tidak hanya menciptakan ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah, dan memicu lonjakan harga energi global. Dampak ini terasa langsung pada perekonomian negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dampak global dari konflik ini sangat luas, salah satu dampak ekonomi yaitu harga minyak mentah memanas terpantau minyak brent dan WTI mengalami kenaikan sebagai dampak kekhawatiran terhadap perang iran dan israel. Letak iran yang berada di selat hormus menjadikan iran salah satu negara yang memiliki pengaruh cukup besar kepada rantai pasuk minyak global. Negara-negara yang bergantung pada impor minyak mentah dan energi, seperti Indonesia, akan merasakan dampak yang lebih besar. Selain itu, ketidakpastian dalam situasi geopolitik dapat menghambang investasi asing dan menurunkan kepercayaan konsumen, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar dan anggota aktif dalam berbagai organisasi internasional, Indonesia memiliki peran penting dalam merespons konflik ini. Meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, Indonesia tetap berkomitmen untuk mendukung Palestina dan menyerukan penyelesaian damai. Dalam konteks ini, Indonesia dapat berperan sebagai mediator yang mendorong dialog antara kedua belah pihak, meskipun tantangan besar tetap ada.
Presiden Prabowo Subianto, dalam pidatonya di St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025, menegaskan komitmen Indonesia untuk tetap berada di jalur nonblok dan menjadi teman bagi semua negara. Pernyataan ini mencerminkan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, yang berupaya untuk menjalin hubungan baik dengan semua pihak tanpa terjebak dalam konflik yang lebih besar.
Indonesia dapat berkontribusi dalam diplomasi multilateral melalui forum-forum internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Dengan memanfaatkan posisinya, Indonesia dapat mengadvokasi solusi yang adil dan berkelanjutan, serta mendorong negara-negara lain untuk terlibat dalam upaya perdamaian. Pendekatan ini tidak hanya akan menguntungkan kawasan, tetapi juga meningkatkan reputasi Indonesia di mata dunia.
Namun, peran Indonesia tidak lepas dari tantangan. Ketegangan antara Israel dan Iran sering kali melibatkan kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan Rusia, yang memiliki kepentingan strategis di kawasan tersebut. Dalam konteks ini, Indonesia harus berhati-hati dalam mengambil sikap agar tidak terjebak dalam konflik yang lebih besar. Diplomasi yang bijaksana dan pendekatan yang seimbang sangat diperlukan untuk menjaga posisi Indonesia sebagai negara yang mendukung perdamaian.
Di sisi lain, masyarakat Indonesia memiliki pandangan yang beragam mengenai konflik ini. Banyak yang menunjukkan solidaritas terhadap Palestina, sementara yang lain mengkhawatirkan dampak dari konflik tersebut terhadap stabilitas global. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam diskusi mengenai isu ini, sehingga dapat membangun pemahaman yang lebih baik dan menciptakan kesadaran akan dampak global dari perselisihan Israel-Iran.
Dalam konteks ini, media juga memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi yang akurat dan berimbang mengenai konflik ini. Media dapat membantu membentuk opini publik dan meningkatkan kesadaran akan isu-isu yang berkaitan dengan konflik Israel-Iran. Dengan informasi yang tepat, masyarakat dapat lebih memahami kompleksitas situasi dan dampaknya terhadap Indonesia.
Dengan demikian, peran Indonesia dalam merespons konflik Israel-Iran sangatlah krusial. Melalui diplomasi yang aktif dan keterlibatan masyarakat, Indonesia dapat berkontribusi pada upaya menciptakan perdamaian yang berkelanjutan di kawasan dan dunia. Indonesia harus tetap berkomitmen untuk mendukung penyelesaian damai dan berperan sebagai jembatan antara berbagai pihak yang terlibat dalam konflik ini.
Sebagai penutup, konflik antara Israel dan Iran bukan hanya masalah regional, tetapi juga memiliki dampak global yang luas. Indonesia, sebagai negara yang memiliki posisi strategis dan komitmen terhadap perdamaian, harus mengambil langkah-langkah proaktif untuk berkontribusi dalam penyelesaian konflik ini. Dengan pendekatan yang bijaksana dan keterlibatan masyarakat, Indonesia dapat memainkan peran penting dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di dunia.